Kosmas Gae yang Setia



Oleh: Yurgo Purab

Kosmas menengadah ke langit, air matanya jatuh mengalir tipis di kedua pipinya. Lelaki tegar dari Flores itu sempat berdoa, tangannya menyentuh jidat dengan tanda salib setelah keputusan pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) dijatuhkan. Kosmas dipecat dari institusi kepolisian.

Suara serak Kosmas itu bergetar hebat, ia menyampaikan dukacita mendalam kepada ojol yang tewas dilindas truk Brimob saat demonstrasi besar di Jakarta-sebuah demonstrasi dengan intensitas yang cukup tegang dan menakutkan. Saat itu, Kosmas duduk bersebelahan dengan sang sopir yang juga anggota Brimob.

Saat didakwa bersalah, mata Kosmas sembab, mungkin pikirannya lagi kacau, prestasi yang ia ukir puluhan tahun penuh dedikasi hancur hanya dalam semalam.

Kalau seandainya saat itu ia memilih tidur dan melawan perintah atasan, pasti ia masih bisa duduk nyaman di rumah bersama istri dan anaknya. Tapi tidak. Kosmas yang kepala batu itu adalah orang Flores, NTT. Ia memiliki hati untuk negeri Indonesia dan ia tahu adat dan tradisi kebenaran dalam wajah orang NTT. 

Kosmas memiliki kembar seorang imam Katolik yang kini sedang bertugas di Eropa, namanya Pater Dem. Kini Kosmas dipecat tidak dengan hormat. Apa yang akan ia ceritakan pada orang Flores, NTT. Pada anaknya, pada keluarga besarnya. Kami menunduk takzim, kami tetap bangga bang Kosmas. 

Engkau polisi, engkau adalah satria yang memilih terjun dan patuh pada perintah malam itu. Kami tidak tahu situasi Bangsa Indonesia malam itu kalau tanpa polisi, kalau tanpa Brimob. Tegakan kepalamu, kami bangga memiliki polisi yang memilih tidur di jalan tak lelap demi stabilitas bangsa.

Komentar