Suatu ketika, saya membuka facebook. Muncul di beranda pertama postingan konten kreator FB Pro.
Terlihat dalam unggahan sangat memilukan. Foto terlalu fulgar. Seorang perempuan dengan pakaian terbuka.
Ketika saya cek like-nya tembus angka ribuan. Dalam hati saya bilang "banyak sekali, kok bisa".
Saya dengan sedikit kepo, mengunjungi profilnya. Pemiliknya adalah perempuan.
Tidak lama di profilnya. Saya pun melihat komentar-komentar yang berseliweran.
Kalimat-kalimat dengan nada negatif bercampuran. Ada juga yang bilang, "Adu Nona Kasian Bapa/Mama".
Komentar ini pun ditanggap banyak orang. Dari negatif hingga positif memenuhi kolom komentar postingan tersebut.
Secara pribadi, saya mendengar nama FB Pro di pertengahan tahun 2024. Hanya dengar, tidak tahu apa maksudnya.
Karena biasanya hanya nama Facebook, soal Pro-nya tidak pernah dengar.
Waktu pun berjalan, hingga saat ini. Saya mulai paham, ternyata ada dampak negatif dari FB Pro ini.
Pasti bukan cuma saya. Teman-teman yang sempat baca tulisan ini pasti pernah melihat konten FB Pro.
Banyak orang bilang, FB Pro itu kuncinya viral. Selain konsisten membuat konten, mereka juga wajib paham algoritma FB Pro.
Jika dipikir-pikir banyak juga ya tugasnya. Tapi itu bagi kita yang tidak paham. Pasti buat mereka tidak.
Dampak FB Pro
Setelah saya tahu FB Pro ini, nyatanya ada dampak negatif dan ada juga dampat positif. Kita mulai dari dampak positif dulu.
FB Pro ini baik. Selain membuat jaringan di dunia maya, interaksi antara pengguna facebook juga bisa saling keterkaitan.
Ada rasa persaudaraan di sana. Dimana mereka saling menyapa, saling berbagi ilmu, saling mencari solusi atas masalah yang dihadapi sesama konten kreator.
Tak cuma itu, para konten kreator juga bisa menciptakan karya mereka lewat video ataupun foto. Karya yang mereka buat bisa ditonton banyak orang.
Namun selain dampak positif, saya merasa FB Pro ini sebagai wadah penyebar konten tidak bermanfaat. Salah satunnya seperti cerita saya di awal tulisan ini.
Miris sekali kalau melihat bahan konten seperti itu. Saya paham, dengan begitu ia menarik audiens lalu mengikutinya di FB Pro miliknya.
Tapi tidak dengan begitu juga. Ada banyak bahan konten yang bisa dibuat. Berkarya lebih baik dibandingkan seperti itu.
Selain itu, ada juga konten video dengan menampilkan gerak tubuh dengan kostum yang dipakai terlalu ketat. Sehingga menimbulkan ejekan serta komentar negatif dari para penonton.
Di akhir tulisan ini, saya mau ajak teman-teman sekalian. Sekiranya dapat menggunakan FB Pro sebagai wadah penuang karya.
Sebagai wadah interaksi yang bermanfaat bagi mental, pikiran serta banyak lagi. Jangan buang karya yang negatif di sana. Buatlah yang bermanfaat.
Saya tidak mau kita terbawa dalam teknologi yang membuat otak dan pikiran menjadi instan sehingga tidak adanya nilai bagi diri sendiri.
Membuat konten boleh, tapi pikirkan dampak bagi diri sendiri, lingkungan serta masa depan. Salam sehat bermedia sosial. ***
Komentar
Posting Komentar