DESEMBER DI MBENGAN; CENGKEH, HUJAN DAN KOPI




Desa Mbengan yang berlokasi di Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur menjadi salah satu daerah dengan buah cengkeh yang bisa dibilang lumayan banyak.

Bayangkan saja, pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan petik cengkeh diperkirakan bisa diselesaikan pada akhir bulan September ataupun Oktober.

Namun berbeda dengan tahun ini. Hingga Desember, petik cengkeh di Desa Mbengan tidak kunjung selesai. Lambatnya proses pemetikan dipicu oleh curah hujan yang cukup tinggi.

Sehingga tidak heran jika banyak cengkeh yang masih berbunga di pohonnya. Bersamaan dengan itu, Tuan cengkeh juga ikut pegang kepala sambil usap air mata.

Air hujan terus mengguyur dibaluti angin dan kabut. Seperti kota mati tanpa suara. Tetapi mau bagaimana lagi, begitulah biasanya seperti sebelumnya.

Desa Mbengan seakan menghantui momen bulan Desember. Ceria canda dan tawa dibaluti duka. Semuanya dibawa oleh genangan air hujan.

Yang tertinggal di dapur adalah asap yang mengepul. Wangi kayu cengkeh yang sudah kering membombardir tungku api. Tidak lupa ubi dan seisi rumah melingkar di sekeliling.

Begitulah biasanya. Sebab, orang hebat mana yang mau dingin dengan air hujan. Dan pekat dengan kabut. Tidak ada sama sekali. Itu omong kosong.

Disamping itu, Mama selalu menghidangkan kopi. Ya, kopi dengan wanginya serasa mencuri kedinginan, sehingga mengalirkan kehangatan.

Kopi ditemani dengan ubi. Desa Mbengan tidak kalah kalau soal ubi. Makanan enak satu ini sudah menjadi menu andalan Mama di dapur. 

Serasa, tidak ada habis-habisnya puisi ditulis untuk mencipta kenangan musim hujan di Desa Mbengan. Meski cuaca tidak bersahabat, namun ubi dan kopi pait (pahit) tetap menemani. ***




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terungkap, Mahasiswi di Ruteng Gantung Diri karena Putus Cinta, Tinggalkan Wasiat dalam Buku Diary

Narasi Gelisah Pembangunan Puskesmas Mok: Gatal di Kaki Garuk di Kepala

KISAH CINTA PAULUS: SOPIR OTO KOL RUTENG-ELAR