In Memoriam Tsunami Flores Tahun 1992
Bencana tsunami diketahui pernah menghantam Pulau Flores bagian tengah dan timur pada 32 tahun lalu. Tepatnya 12 Desember 1992.
Saat itu lebih lebih dari 1.500 orang dinyatakan meninggal, 500 orang hilang, dan ribuan bangunan rusak. Diperkirakan 18.000, 113 sekolah dan 90 tempat ibadah hancur karena gempa dan tsunami.
Kala itu gelombang setinggi 6 hingga 25 meter menyapu wilayah daratan hingga sejauh 300 meter setelah gempa berkekuatan 7,5 skala richter mengguncang wilayah yang masuk dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Besaran gempa tersebut dinyatakan oleh Institut de Physique du Globe yang berkedudukan di Strasbourg, Perancis. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan angka yang berbeda, yakni 6,8 skala Richter.
Pusat gempa terdeteksi terletak di kedalaman 36 km di Laut Sawu di lepas pantai Maumere. Namun getaran dirasakan seluruh wilayah Flores, bahkan hingga Kupang, Pulau Kupang, dan Makassar, Sulawesi Selatan.
Rumah penduduk, tempat ibadah, gedung-gedung sekolah, rumah sakit, dan beragam fasilitas umum lainnya porak-poranda akibat guncangan gempa dan tsunami.
Dua kabupaten yang paling terdampak dari kejadian ini adalah Kabupaten Sikka dan Ende. Namun, wilayah Kabupaten Sikka lebih banyak terdampak, karena posisinya yang terletak di sisi selatan.
Tak hanya Sikka dan Ende. Dua kabupaten yakni Maumere dan Ende lumpuh total. Warga trauma dan takut dengan gempa susulan yang terus terjadi hinggga tengah malam. Saat sebagian berlarian ke dataran yang lebih tinggi, mereka malah terhalang tanah longsor.
Di hari pertama pencarian korban, 90 orang ditemukan tewas dan sebagiian besar korban tertimbun reuntuhan.
Proses koordinasi pencarian juga proses pelaporan kejadian ketika itu sulit dilakukan karena sistem komunikasi darat, laut, dan udara mengalami gangguan.
Berdasarkan laporan per tanggal 15 Desember 1992, jumlah korban meninggal sudah terdata sebanyak 1.895 jiwa. Banyaknya korban dan situasi yang belum kembali pulih menyebabkan aparat mau tidak mau melakukan penguburan masal.
Cara penguburan itu terpaksa ditempuh meski sejumlah keluarga korban belum ikhlas memakamkan sanak saudaranya secara massal. ***
Komentar
Posting Komentar