Tisu-Tisu Berantakan
Di bawah nabastala gelap, seorang insan melangkahkan kaki menuju pintu kamar yang sudah beberapa jam tertutup bukan tanpa alasan.
Melewati hari yang begitu lelah, mengingat kata-kata,perbuatan dari mereka yang mampu melawan takdir dunia.
Namanya Bela, seorang mahasiswi semester akhir di Universitas ternama. Setiap hari iya menghabiskan hampir semua waktunya di kampus.
Bela tinggal di sebuah kos yang isinya perempuan semua kosnya sangat ketat, bapa kos yang sungguh perhatian.
Setiap hari Bela selalu pulang malam dengan memikul segala beban yang iya terima sepulang kampusnya. " hai Bel, ni minum" ujar seorang wanita paruh baya sembari menyodorkan segelas air hangat yang masih beruap.
" terima kasih Ros" Bela menjawab kepada wanita paruh baya yang bernama Ros itu. Ros juga merupakan mahasiswi semester akhir dan kamarnya bersebelahan dengan Bella, ternyata mereka selalu sepiring berdua.
Setelah mereka berdua ngobrol dengan enaknya, aroma gorengan dari tetangga menyadarkan perut yang sudah bersuara dari tadinya, mereka langsung bergegas mandi dan setelah itu masak-masak bersama dan menyelesaikan malam itu dengan apiknya.
Keesokan harinya Bella berpamitan " Ros, saya duluan e" sembari mengunci kembali pintu yang akan tertutup untuk beberapa jam kedepannya. " iya Bell, nanti cepat pulang ya" Ros mnjawab sembari menyapu halaman kosnya.
Beberapa jam kemudian Ros melanjutkan kegiatannya di kos
Dersih angin terus mengisi ruangan kosong yang penuh dengan kenagan air mata keikhlasan, tisu-tisu putih menguning, kusut, dan berserakan diseluru ruangan itu. " seberkas cahaya terang, menyinari hidupku" Ros menyanyi sembari membersihkan ruang kosong di depan kamarnya. " selamat sore Ros" ucap Bella dengan semangatnya. " hai Bell, kamu kenapa? Kamu tidak bisa berbohong,aku tahu kamu ada masalah, cerita Bell" sahut Ros,dengan lmbutnya menjawab sapaan dari Bella. " ah Ros..ada-ada aja, semuanya baik-baik, tenang saja" Ros mengelak.
Akhirnya Bella melanjutkan perjalanan menuju pintu kenyamanan yaitu pintu kamar mungilnya. Benar apa yang dikatakan oleh Ros,kalau Bella tidak baik-baik saja.
Diruang sunyi, Bella duduk termenung diam, sepertinya sedang merunut sesuatu yang sangat ia tidak inginkan terjadi dalam hodupnya. Tanpa sepengetahuan Bella,Ros lngsung mendorong pintu, dan terlihat hal yang tidak asing baginya, yaitu tisu-tisu berantakan, basah, berserakan kemana-mana. " aku baru saja membersikan tisu-tisu di luar, namun kini aku kembali menyaksikannya?, jika tisu-tisu ini bisa mendengar, betapa pentingngya kehadiran mereka diantara air mata yang mengalir dengan hangatnya.
Mengahpusnya dengan lembut, mengorbankan dirinya demi insan yg sedang meratapi nasib malangnya.
Komentar
Posting Komentar