Sekilas Cerita Yang Masih Berlabu
Di sebuah kantin kampus terlihat sepasang kekasih, Nindi Dan Rafi sedang menikmati segelas kopi di Pojok kanan kantin dengan sentuhan senyum yang bergelora terpancar di wajah mereka.
Keduanya seakan melepas perasaan yang sudah lama melambung dalam lautan rindu, membiarkannya berlabuh jauh tanpa jenu.
Wajah riang Nindi dan Rafi begitu terpancar seakan memberikan warna suasana baru dalam ruang kantin sekolah yang begitu teduh dan sunyi.
Orang-orang yang menyaksikan mereka terasa begitu candu karrna pemandangan itu sungguh mencuri perhatian.
Ketiadaan waktu keduanya untuk bertemu di luar jam sekolah membuat mereka merasa terpukul karena harus menahan rindu begitu lama dan salah satu waktu yang tepat bagi mereka adalah ketika jam sekolah.
Meskipun rafi memiliki banyak waktu untuk Nindi,tetapi ia tidak bisa bertemu dengan Nindi setiap harinya karena Nindi tidak pernah di izinkan oleh orang tuanya untuk keluar tanpa tujuan ditambah jika mereka tahu bahwa ia pergi bersama Fafi.
Hal itu membuat Nindi merasa jenuh karena harus mengurungkan diri di dalam rumah ketika pulang sekolah,ia ingin sekali menghabiskan waktunya bersama sang kekasih.
Tetapi di sisi lain,ia tidak bisa membantah kedua orang tuanya karena ia sadar jika apa yang diputuskan oleh mereka adalah yang terbaik untuk dirinya.
Keesokan harinya, seperti biasa Nindi dan Rafi selalu bersama-sama ketika pergi sekolah dan mereka sungguh menikmati kesempatan itu dengan baik.
Keduanya berbincang penuh tawa. Tanpa mereka sadari waktu berjalan begitu cepat dan jam masuk kelas sudah mulai,tetapi mereka masih asik bercerita sambil mendayung sepeda milik Rafi dengan pelan.
Beberapa saat kemudian,ketika mereka tiba di depan halaman sekolahnya,tidak terlihat seorang pun siswa-siswi lain yang masih berada di halaman sekolah dan mereka sadar bahwa mereka sudah terlambat mengikuti pelajaran.
Berhubungan kelas Nindi dan Rafi berbeda,mereka pun berpencar dan berlari menuju kelas masing-masing.
Setibanya di kelas, Nini melihat Ibu Evi yang sedang memberikan materi kepada teman kelasnya dan ia pun ragu untuk masuk ke dalam kelas.
Tetapi karena tidak ingi tertinggal materi,Nindi dengan berani mengetuk pintu untuk diizinkan masuk ke dalam kelas.
Mendengar seperti ada yang mengetuk pintu,Ibu Evi segera menileh ke arah Nindi dan dengan wajahnya yang garang ia menatap Nindi penuh amarah membuat Nindi tambah cemas dan takut.
"Silahkan masuk Nindi" pintah ibu Evi dengan suara lantang. Nindi masuk dengan rasa takut yang tidak bisa disembunyikan dari raut wajahnya yang lugu.
"Selamat pagi bu,maaf saya terlambat" ucap Nindi dengan lembut. Ibu Evi menatapnya tanpa berkata lalu ia mempersilahkan Nindi untuk duduk. Meskipun telah di izinkan untuk duduk,hatinya tidak tenang karena ia teringat akan Rafi kekasihnya yang ternyata juga mengalami hal yang sama seperti dirinya.
Ia sangat kuwatir dengan Rafi begitu pun sebaliknya,keduanya memiliki perasaan yang sama. Selama pelajaran berlangsung,Nindi tidak pernah tenang karena ia masih memikirkan Rafi dan ia terlihat begitu cemas dengan Rafi.
"Kamu kenapa Nini,apa yang kamu pikirkan?wajahmu terlihat begitu cemas" kata Anisa teman sebangkunya. Seketika Nindi tersenyum menanggapi Anisa seolah-olah sedang tidak memikirkan sesuatu.
"Aku tidak apa-apa An. Aku pinjam catatan kamu ya" sanggahannya mengalihkan pembicaraan karena ia tidak ingin Anisa mengetahui apa yang sedang ia pikirkan. Mereka pun mulai mengikuti pembelajaran dengan tenang tetapi pikiran Nindi masi teringat akan Rafi.
Tidak lama kemudian jam istirahat pun tiba, tiba-tiba Nindi dipanggil oleh Ibu Evi untuk mengikutinya ke ruangan guru selama jam istirahat.
Tanpa pikir panjang ia pun segera berjalan mengikuti Ibu Evi menuju ruang guru.
Setibanya di sana,Nindi tercengang melihat Rafi yang duduk bersebelahan dengannya,ia tampak bingung sebenarnya apa yang terjadi antara mereka begitu dengan Rafi.
Keduanya bertatapan penuh kebingungan, mereka sungguh tidak mengerti apa yang terjadi. Tiba-tiba,Bapak kepala sekolah datang menghampiri mereka dengan membawa dua buah amplop yang berisikan surat panggilan.
Keduanya pun tampak bingung melihat amplop yang dipegang oleh Bapak kepala sekolah dan mereka tidak berani untuk bertanya tentang amplop tersebut. "Ini adalah surat panggilan untuk orang tua, karena kamu telah melanggar aturan yaitu mengikuti jam pelajaran tidak tepat waktu" tegas Bapak kepala sekolah sambil menatap keduanya dengan tajam.
Keduanya ketakutan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hubungan keduanya. Mereka tidak ingin jika surat panggilan itu tersampaikan kepada orang tuanya.
"Saya tidak akan memberikan surat ini kepada kalian tetapi saya sendiri yang akan memberikannya secara langsung kepada orang tua kalin" tegas Bapak kepala sekolah.
Mendengar hal itu Nindi dan Rafi panik, meskipun mereka membujuk agar surat itu tidak tersampaikan kepada orang tua mereka,Bapak kepala sekolah itu tetap pada pendiriannya sendiri.
Setelah itu, keduanya pun dipersilahkan untuk meninggalkan kantor sekolah.
Keesokan harinya kedua orang tua Nini dan Rafi menanggapi surat yang diberikan dengan mendatangi sekolah mereka.
Tepat pada saat itu jam istirahat sekolah tiba, sedangkan Nindi dan Rafi sibuk menghabiskan waktu bersama tanpa mereka sadari orang tua mereka sedang memantau mereka.
Ketika mereka sedang asik berbincang di sebuah taman,tiba-tiba Ibu Nindi menghampiri mereka dan menarik tangan Nindi yang merangkul tangan Rafi lalu ia memarahi mereka.
Di saat yang sama,orang tua Rafi datang dan memperlakukan hal yang sama. Keduanya dimarahi karena tidak disiplin.
Kejadian itu membuat hubungan mereka terpengaruh karena orang tua mereka menganggap bahwa ketidakdisiplinan itu terjadi karena mereka yang terlalu sibuk menghabiskan waktu berdua tanpa memikirkan waktu untuk belajar.
Keduanya hanya terdiam dan membiarkan orang tua mereka yang menentukan hubungan mereka.
Karena orang tua Nindi dan Rafi tidak menginginkan hal yang sama terjadi lagi, mereka terpaksa harus dipisahkan.
Nindi diputuskan untuk pindah sekolah agar keduanya lebih fokus lagi dalam belajar. Hal itu membuat Nindi merasa terpukul karena ia harus berpisah dengan kekasihnya Rafi,begitu pun dengan Rafi.
Tetapi karena tidak ingin membantah kedua orang tuanya,Nindi menerima keputusan itu dan ia mengiklaskan perpisahan itu terjadi antara dirinya dan Rafi meskipun sangat berat untuk dijalani. Ia merasa bahwa keputusan kedua orang tuanya itu adalah yang terbaik untuk dirinya dan juga Rafi.
Meskipun terikat oleh perasaan yang sama,kini Nindi dan Rafi harus berpisah demi masa depan mereka.
Keduanya harus saling mengiklaskan perpisahan itu,dan membiarkan perasaan yang ada terus menumpuk sampai pada suatu waktu yang tepat yang akan mempertemukan mereka lagi.
Komentar
Posting Komentar