Prihal Pulang; Umumnya Tentang Rindu, Tapi Rindu yang Haus Temu
Begitu pun dengan Edisi pulang kali ini, bertemu Ayah, Mama, serta seluruh keluarga dan terselip juga gadis cantik, bunga desa, sang istri pusaka yang kini dengannya bercumbu asmara. Kekasih hati, Rina namanya.
Selama di perantauan, Rina selalu menemani. nyaris tak ada hari yang dia lupa memberi kabar. Sungguh sangat sempurna. Karena dalam keterbatasan akses jaringan telekomunikasi Rina maksimal menunjukkan Cinta pada kekasihnya yang LDR (Long Distance Relationship) itu. Maklum anak kampung.
Sebagai anak Kampung, terlalu jauh menuntut kesetaraan infrastruktur telekomunikasi. Saat malam tiba masakan Mama saja semua aromanya sama, entah itu Papeda, singkong, pisang, keladi, mau dibakar atau rebus bahkan ikan tri asin saja aromanya pasti asap pelita. Belum lagi jika si adik berulah, aroma makanan sulap menjadi minyak tanah. Pagi tiba, hidung menjadi hitam arang.
Beberapa hari lalu, sempat mendengar tawa riang Rina, katanya ada sukacita baru yaitu hadirnya jaringan BAKTI Menkominfo. Rina senang bukan main, setidaknya ada harapan akan rindunya terfasilitasi. Rina tak sabar melihat kekasihnya. Sepakat video call meskipun menghilangkan sekilo biji kopi untuk dibarter dengan pulsa.
Sukacita itu Kudus, mulia. katanya hadir dengan misi tanggung jawab memperluas akses internet untuk memperkuat infrastruktur digital bagi seluruh wilayah Indonesia. Satu diantara sukacita itu berpihak pada kampung itu.
Ternyata tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi seorang gadis cantik ini, misi memperkuat infrastruktur digital justru mempersulit dan semakin menyengsarakan. serta menambah lagi jarak dan jumlah lembah-bukit yang harus dilalui seorang gadis cantik tak berdosa seperti Rina.
Belum lagi beberapa telpon masuk yang tidak sempat diangkat, SMS yang tidak kunjung dibalas, centang biru, ke centang biru tanpa balasan. Kekasihnya masih dikampus, betul dia siswa yang berstatus maha, sebagai manusia biasa wajar dia takut dong. Dia takut pada dosennya.
Persoalan itu tidak membuat usaha Rina Pupus.. Tanpa mengurangi sedikit wujud kesetiannya. seakan tabuh mengangkat tangan, dan menyerah.
"Nana, Rindu
"Kapan libur, Nana sayang
Begitu kura-kura inti dari SMS dan rentetan chat dari Rina.
Tentang Pulang memang gampang diucap. Persoalannya, saat ingin beranjak pergi langkah kaki seolah berat, perlu pikir dua kali.
Seandainya Rina tahu, cuaca yang seolah berulah, sulit di tebak bahkan para pawang dan ahlinya gagap memprediksi lagi. Lagi dan lagi... Menggambarkan hubungan yang renggang, tak mampu lagi rujuk, tersisa cuma tanda-tanda tragisnya. ekstrim bukan main !!!
Bukan alasan !!! Bila mengikuti dengan culun naluri rindu. Cukup gagap, dompet mengganga lebar, kembung, masuk angin bila harus paksa pulang menggunakan jasa penerbangan. Pesawat berat Rina, bisaku Ferry saja.
Ada beribu rindu untukmu Rina Cantik.
Kecantikan Rina, memang sungguh aduhai. Sangat Cantik. Konsep cantik merupakan sesuatu yang relatif. Begitupun yang diamini pendongeng cerita ini.
Cantik sungguh sangat relatif, ada yang meneropong dari sifat-tingkah laku, ada yang melihat segi intelektual-relasinya, dan sedikit pengakuan dari banyaknya yang melihat dari bentuk tumbuh dan paras.
Sedangkan Rina, bak paket yang komplit. Sudah cantik, anggun, sopan, berbudaya. Lembut dalam bertutur, terukur, selalu terjaga. Tatapan tajam dari mata coklatnya dengan lembut menatap mencari kejujuran sebelum dia kembali memastikan bahwa tingkah kekasihnya pantas dimaklumi.
"Mama Bo'i e, laki-laki sial sa yang kecewakan Rina".
"Perasaanku untukmu tak sebesar bumi dan matahari. Dia hanya sebesar telapak kakiku. Tapi, kaki ini rela pergi kemana pun agar bisa bersamamu". Begitu kalimat seorang penyair fenomenal dan Idola itu.
Dia Kk Fiersa Besari. Sajaknya seakan dipersembahkan khusus bagi fans fanatiknya ini.
Menjalin hubungan asmara dengan seorang gadis cantik bernama Rina, baru disadari ternyata sudah menghabiskan mesin waktu yang cukup lama. Dimulai sejak saat masih sama-sama berada di pertengahan masa putih abu-abu, tepatnya saat masih duduk di bangku kelas XI.
Bila ada yang bilang, carilah atau kerjarlah cinta sampai ke negeri sebrang. Ini berbanding terbalik, serta tidak cocok untuk disematkan pada kisah dengan Si Rina. Rina gadis cantik Si istri pusaka itu.
Rina yang berpangkat sang istri pusaka tersebut, dalam acara keluarga kami selalu berpapasan. Takdir memang berpihak pada Kisah ini. Bukan juga kisah yang mudah dan gampang. Mudah-mudah Sukar tepatnya.
Meskipun demikian, Keringat dingin, gemetar tak karuan sepertinya harga yang harus dibayar sebelum jawaban singkat "Iya" (sembari menganggukkan kepalanya) keluar dari bibir manis seorang Rina.
Pura-pura pamit izin meninggalkan Rina di bale-bale dibawah pohon mangga yang rindang itu, di belakang dapur dekat kandang babi, bunyi tepuk dada yang entah berapa banyaknya meletup. Melompat kegirangan yang hampir tersangkut seng atap dapur. Beruntung betul-betul mampu mengalahkan belasan saingan calon suami pusaka lainnya. Yes, Yes... Yes... You are Mine, Rin. (Panggilan sayang untuk Rina).
Hingga kembali bercengkrama di bawah pohon mangga yang rindang itu, suasana hati masih tergila-gila. Berangsur semakin bodoh dan tolol, sampai pada mengharapkan beberapa buah mangga itu jatuh demi melihat bagaimana bibir manisnya mengucapkan "Bim sala Bim" kemudian tangan lembut dan nafas segarnya menyembur pada benjol yang tertimpa buah mangga itu, atau sebaliknya kumis tipis ini akan bergetar diatas cangkir.
Pokoknya sampai se-tai itu.
Memang benar bila mencintai dipengal dan tidak di baca (memahami) dengan penuh. Yah, begitu. Menjadi tai.
Secara beruntun, hari demi hari bale-bale tua itu, menanggung beban romantisnya bersama Rina. Jantung sejenak berhenti berdetak, Secepat kilat Rina sudah bersandar dan memeluk saja. Namun aneh, Rina menangis.
Rina dalam deraian air mata, perlahan Dia menceriterakan bahwa Dia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ayah dan Mamanya takut, enggan, tak tega merelakan Rina menjauh dari mereka di tengah pandemi Covid. sekalipun itu untuk tujuan mulia melanjutkan studinya.
Apalagi Mamanya. selalu sedih dan menangis ketika Rina bersih keras membujuk, menentang dengan lembut kemauan kedua orang tuanya itu. Bahkan Mamanya sampai pingsan. Bukan tanpa alasan, Mamanya tidak sudih menjauh dari anak gadis cantik semata wayangnya itu.
Singkat cerita, malam sebelum esoknya harus meninggalkan Si Rina. Mencoba beranikan diri meluncur ke rumahnya Rina. Niat hati menikmati sepertiga malam bermesraan dengan Rina. Memandang wajah ayu itu untuk terakhir kalinya setelah pilihan untuk merantau lekat-mengakar di lubuk hati.
Bapa dan Mamanya kaget,
"Nana, sudah pukul 22.00 ini. Memangnya sudah siap semua barang untuk pergi besok kah ?"
"Ohh, baik kalau begitu, Nana" jawab Mamanya Rina.
"Buat Kopi dulu untuk Nara, Enu" sambung Ayahnya.
Bermodalkan sebuah pelita, Rina bergegas menuju dapur. Namun, karena alasan ketakutan, Rina mengajak untuk menemaninya ke dapur.
Sekedar meracik secangkir hitam itu. Pelita itu, harus padam berulangkali.
Sial saja, cangkir kopi pahit itu harus jatuh dan tumpah dari tangan Rina. Senter batrei Tiger HEAD milik Ayahnya melesat Persis di bola mata coklat itu.
Beruntungnya, senter Tiger Head tua itu sedikit terlambat, setelah berulang kali kecupan datang dan pamit dengan bibir manis si Rina...
Bersambung.............
Oleh: Ka'e Edward🔥
#salamapimenyala
Komentar
Posting Komentar