GURU KU KAU BAK PELITA ARUNGI GULITA KU, TINGGAL PERGI AKU DUNIA KU BAYANG DUSTA
Cermatilah sajak sederhana ini, kawan
Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula
Sosok yang terkadang terlupakan
Sosok yang sering tak dianggap
Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan
Terkalah kiranya siapa pahlawan ini
Ingatlah lagi kiranya apa jasanya
Ia tak paham genggam senjata api
Ia tak bertarung di medan perang
Ucap, sabar, dan kata hari menjadi senjatanya
Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya
Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya
Bukan ia yang diharap menang
Namun suksesmu dan suksesmulah menangnya
Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini
Karenanyalah kudapat tulis sajak ini
Karenanyalah kau dapat baca sajak ini
Juluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa
Mungkin telah teringat olehmu kawan
Mungkin telah kau terka jawabnya
Ialah pahlawan dan orang tua kedua
Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan
Kami mempelajari segala yang berupa
namun tak pernah melihat,
mendengar, menyentuhnya
karena tak ada alat peraga
tidak pernah observasi
tidak pernah meneliti
hanya mendengar dongengan saja
bahwa Atom C bertangan empat
itu kata guru kimia
Saat saya tanya:
“Maaf Bu, mengapa ibu yakin
bahwa Atom C tangannya empat
apa ibu pernah melihat?”
Ibu guru yang cantik karena
bedak dan lipstik tebalnya itu
hanya menjawab:
“Kata penulis LKS ini
ilmuwan barat pernah melihatnya
dengan mikroskop khusus
yang kita tak punya.”
Ya, pelajaran kimia seolah jadi pelajaran agama
yang selesai dengan diamini saja
“Atom C tangannya empat, anak-anak.”
“Amin, Bu Guru….!”
Sekali-kalinya meneliti
ya saat pelajaran biologi
Kami disuruh membedel perut katak
Melihat isinya
Terkagum-kagum sambil bergidik geli
Dan tak diajarkan menutupnya lagi
Membiarkan katak itu mati
Besoknya ada teman saya yang penasaran
Seperti apa isi perut kepala sekolah
.....Coretan Rongsokkan
#Rober Jemali🌹🍁
Komentar
Posting Komentar