Parpipi; Pariwisata yang Gagal?



Menyebut Parpipi, pasti ingat air terjun terindah di Desa Mbengan Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur.

Parpipi berlokasi di Wae Mapar, satu kesatuan sungai yang mengalir ke air terjun ini.

Air terjun ini pernah digadang sebagai salah satu spot wisata terbaik di desa ini. Namun, bagaimana kabarnya sekarang?

Bermula dari target Menparekraf, yang mendukung penuh program desa wisata.

Kira-kira apa yang dimaksud desa wisata? Karena percuma kita bahas panjang lebar, jika yang kecil disepelekan.

Desa wisata merupakan upaya dari masyarakat atau kelompok di bidang pariwisata yang mencakup atraksi, akomodasi, dan berbagai fasilitas pendukung dengan prinsip pariwisata berbasis masyarakat yang tentunya terletak di wilayah desa atau kabupaten (Pergub DIY, 2020).

Desa wisata telah menjadi tujuan pengembangan desa yang sedang naik daun.

Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), sejumlah 1.831 desa mendaftar di program Anugerah Desa Wisata (ADWI) tahun 2021, pada tahun 2022 sebanyak 3.419 desa, dan sebanyak 4.715 desa di tahun 2023 (Kemenparekraf, 2023).

Sesuai RPJMN 2020-2024, Kemenparekraf menargetkan sebanyak 244 desa wisata dan 71.381 desa digital, tersertifikasi sebagai desa wisata mandiri pada 2024.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, memberikan desa di Indonesia kewenangan penuh dalam mengelola aset dan meningkatkan perekonomiannya.

Data di atas hanya sebagai penguat, bahwa betapa gencarnya Kemenparekraf dalam mendukung Desa Wisata di Indonesia.

Salah satu desa wisata yang terdaftar adalah, Desa Mbengan di Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur provinsi NTT.

Desa ini telah ditetapkan sebagai desa wisata oleh mantan Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas.  

Sehubungan dengan penetapan itu, Kepala Desa Mbengan, Yohanes Tobi, mengatakan bahwa pemerintah desa tersebut saat ini tengah menata dan mempromosikan daya tarik setempat.  

Salah satu tempat wisata yang terkenal di kalangan wisatawan adalah Ngapan Keto atau Tebing Keto, spot menikmati panorama Laut Sawu bagian selatan dari Manggarai Timur.

Sementara itu, tempat wisata lainnya yang bisa dikunjungi adalah Air Terjun Ndalo Werok, Gua Liang Kar, Air Terjun Piripipi, Air Terjun Par Tambang, dan Rumah Adat Mbaru Embo dari suku nanga. 

Untuk itu, kita jangan bicara spot wisata yang lain. Kita fokus ke Parpipi. Yang katanya bisa diolah dengan baik oleh perangkat desa.

Kondisi Parpipi sekarang rasanya tidak elok lagi. Desa wisata yang dicanangkan rasanya lari jauh dari program yang dibuat.

Beberapa upaya Okum pecinta pariwisata di desa ini kerap menyuarakan aspirasi soal bagaimana ke depan air terjun ini. 

Namun semua usaha nihil. Meskipun dulu sering buat kegiatan bersih-bersih dengan mengandalkan dana yang ada.

Parpipi seperti ibu kehilangan harapan. Menyendiri tanpa perhatian. Sialnya lagi, banyak anak muda yang berharap tempat ini nantinya bakal ramai dikunjungi wisatawan.

Tapi kemana mereka yang katanya siap dalam menata daya tarik ini. Kita anak muda tidak punya jaminan untuk menjadikan Parpipi sebagai spot wisata prioritas.

Tapi kami mau lihat, bagaimana para senior mengolah sama-sama. Dengan alam yang ada, kita bisa dilirik orang asing. Iya to?

Semoga Parpipi tidak ditinggalkan. Salam satu tujuan demi pariwisata berkelanjutan. ***



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terungkap, Mahasiswi di Ruteng Gantung Diri karena Putus Cinta, Tinggalkan Wasiat dalam Buku Diary

Narasi Gelisah Pembangunan Puskesmas Mok: Gatal di Kaki Garuk di Kepala

KISAH CINTA PAULUS: SOPIR OTO KOL RUTENG-ELAR